Contoh Karya Ilmiah Pengaruh Geng Motor

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kasus geng motor merupakan salah satu sorotan nasional pada beberapa pekan terakhir. Berbagai aksi kriminalitasnya berupa penganiayaan, perampokan, tawuran, dan perusakan menjadi sederet catatan kelam mereka. Aksi meraba tersebut tentu sangat meresahkan warga sekitar.
Ada sebagian remaja yang beranggapan bahwa geng motor memiliki citra positif yang dalam pergaulannya disebut cool, keren, eksis, disegani, terkenal, dan bisa menyediakan perlindungan bagi mereka didalam bergaulan sehari-hari, di sekolahnya setiap siswa anggota geng motor disegani oleh siswa lain dan disenangi gadis-gadis selain itu juga mereka beranggapan bahwa dengan menjadi anggota geng motor akan dilindungi dari orang-orang yang jahat kepadanya.
Bahkan aksi dari geng motor ini tidak mengenal mengenal waktu, saat bulan ramadhan pun mereka tetap melakukan aksi kriminalnya. Seperti halnya kasus geng motor di Tasikmalaya belakangan ini. Tepatnya tanggal 30-7-2013 terjadi aksi sweeping warga khususnya warga paseh terhadap geng motor.
Aksi ini terjadi karena warga tidak puas dengan penanganan pihak kepolisian terhadap warga paseh sebelumnya. Akibat dari bentrokan ini sedikitnya 2 orang dari anggota geng motor luka-luka. Kasus ini bukan satu-satunya kasus geng motor di Tasikmalaya. Masih banyak kasus geng motor yang terekam jelas dalam ingatan warga.
Kasus geng motor ini membuat kami bertanya-tanya, mengapa harus terjadi kejadian seperti itu? Sedangkan Tasikmalaya digadang sebagai kota santri, warganya yang islami, bersikap dan bertutur kata yang sopan serta santun. Fenomena itu semua sungguh membuat kami sangat prihatin, mengapa generasi muda terjerumus hingga melakukan tindakan seperti itu. Dengan adanya permasalahan ini, maka kami sebagai penulis ingin melakukan penelitian untuk bahan penulisan karya ilmiah dengan judul “PENGARUH GENG MOTOR TERHADAP KARAKTER GENERASI MUDA”


B.       Rumusan Masalah
1.      Dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan dari geng motor terhadap para pelajar atau generasi muda lainnya?
2.      Apa saja tindakan dari pihak aparat, masyarakat, maupun dari tokoh pendidikan terhadap para pelaku?
3.      Bagaimana upaya-upaya pencegahan supaya generasi muda tidak terlibat dalam geng motor?
4.      Apakah geng motor itu?
5.      Permasalahan apa saja yang ditimbulkan dengan adanya geng motor?
6.      Bagaimana pendapat masyarakat mengenai aksi kebrutalan geng motor?
7.      Apa saja yang menyebabkan adanya geng motor?
C.       Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah:
1.      Mengetahui sebab akibat terjadinya aksi-aksi kriminal dari geng motor.
2.      Mencegah dan  mengurangi  keterlibatan pelajar atau generasi muda lainnya dengan geng motor.
3.      Mengetahui persentasi kasus geng motor di Tasikmalaya

D.       Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.         Dapat menghindari hal-hal negatif dari adanya geng motor.
2.         Bisa mengarahkan generasi muda untuk melakukan kegiatan yang positif.
3.         Memberi dorongan agar dapat mencegah adanya geng motor.
4.         Memberi pengetahuan tentang adanya geng motor.







BAB II
KAJIAN TEORI

A. Geng Motor dan Pengaruhnya
            Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar tehadap masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan pelajar yang selalu mencoba hal-hal yang baru dan berbau modern walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan pelajar ini, salah satunya adalah adanya geng motor, yang telah menyebabkan perubahan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat termasuk kehidupan para pelajar.
Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tapi hubungan negatif dengan paguyuban yang tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis. Sedangkan pengaruh sosial adalah suatu tindakan oleh seseorang atau lebih untuk bisa mempengaruhi pola pikir orang lain. Sangatlah berbahaya jika suatu pengaruh sosial tidak dikelola secara benar, karena ini bisa saling mempengaruhi pola pikir dan masa depan seseorang, contohnya terlibat dalam geng motor. Pada umumnya geng motor identik dengan sekelompok yang ugal-ugalan, minum-minuman keras, tawuran dan lain sebagainya.
Salah satu kontributor dari munculnya tindakan anarkis adalah adanya keyakinan/anggapan/perasaan bersama. Adanya keyakinan bersama tentang suatu  hal tersebut amat sering dibarengi dengan munculnya geng, simbol, tradisi, graffiti, ungkapan khas dan bahkan mitos serta fabel yang bisa diasosiasikan dengan kekerasan dan konflik. Namun, pada perkembangannya geng motor sering dilakukan para remaja yang hanya senang dengan kebut-kebutan dan balap liar, juga mulai melakukan hal-hal yang meresahkan masyarakat dan melakukan tindak kriminal. Tetapi sekarang ini bukan hanya di kalangan remaja bahkan para pelajar sering melakukan balapan liar di jalan raya.
            Hadirnya geng-geng motor seperti “XTC, BRIGEZ, GBR, M2R” menimbulkan kecenderungan peningkatan anarki di masyarakat, sadarlah kita bahwa kita berkejaran dengan waktu. Pencegahan anarki perlu dilakukan sebelum tindakan itu tumbuh sebagai kebiasaan baru di masyarakat mengingat telah cukup banyaknya kalangan yang merasakan “asyik”-nya merusak, menjarah, menganiaya bahkan membunuh tanpa dihujat apalagi ditangkap. Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka mewajarkannya sebagai salah satu upaya mencari jati diri dengan melanggar kaidah hukum. Dengan begitu mereka akan memilih jati diri yang buruk.
Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan dan perlu penyikapan yang bijaksana. Dalam konteks penanganan kejahatan yang dilakukan anak-anak dan remaja masih diperdebatkan apakah sistem peradilan pidana harus dikedepankan atau penyelesaian masalah secara musyawarah (out of court settlement) tanpa bersentuhan dengan sistem peradilan pidana yang lebih dominan walaupun dalam sistem hukum pidana positif kita, penyelesaian perkara pidana tidak mengenal musyawarah.

B. Karakter Generasi Muda
Pembentukan karakter pada hakikatnya dimulai dari kecil. Keruntuhan sebuah bangsa, umumnya ditandai dengan semakin lunturnya nilai-nilai kebangsaan pada bangsa tersebut. Pragmatisme dan populerisme asing juga merupakan ancaman yang berpotensi besar untuk menggulung tata nilai dan tradisi bangsa kita.
“Globalisasi” lagi-lagi menjadi momok menakutkan dan sekaligus kambing hitam saat nilai dan tradisi yang telah mendarah daging di bumi pertiwi ini menjadi terkikis dan beringsut pudar. Tentu tidak etis apabila hanya mengambing hitamkan globalisasi, karena jika saja kita mampu untuk mem-filter yang masuk ke negara kita, terjadinya pembauran dalam segala aspek kehidupan akibat globalisasi ini tentu tidak akan berdampak buruk bagi bangsa kita.
Sehubungan dengan itu, sebaiknya globalisasi dijadikan sebagai acuan untuk mengulas pembangunan karakter bangsa menuju kemandirian bangsa. Generasi muda merupakan komponen bangsa yang paling rentan dalam proses peningkatan kemandirian bangsa ditengah terpaan arus globalisasi.
Akibat kurang sigapnya kita dalam mem-filter tadi, nilai-nilai asing secara disadari atau tidak telah memberi pengaruh langsung maupun tidak langsung kepada generasi muda. Apabila tidak dilakukan upaya antisipasi apapun, bukan tidak mungkin pada masa yang akan datang, bangsa ini akan menjadi bangsa yang berpendirian lemah serta sangat mudah hanyut oleh hiruk pikuknya dinamika globalisasi dan pada akhirnya akan mudah dikendalikan bangsa lain.
Gambaran diatas memberikan pengaruh pada rasa nasionalisme dikalangan generasi muda. Dan harus diakui saat ini telah mulai muncul gejala penurunan semangat dan rasa nasionalisme terhadap sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa kita.
Upaya yang harus dilakukan oleh generasi muda Indonesia adalah sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan bangsa terhadap upaya nihilisasi dari pihak luar terhadap nilai-nilai budaya bangsa di kalangan generasi muda.
Adapun kita sebagai bagian dari generasi muda, memiliki tiga peran penting dalam koordinasi gerakan tersebut. Pertama sebagai pembangun karakter bangsa, peran ini menuntut generasi muda untuk menjunjung tinggi nilai-nilai moral diatas kepentingan sesaat. Kedua sebagai pemberdaya karakter, bentuk praktisnya adalah kemauan dah hasrat yang kuat generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif. Ketiga sebagai perekayasa karakter, peran yang terakhir ini menuntut agar generasi muda terus melakukan pembelajaran terhadap daya saing untuk memperkuat ketahanan bangsa.
Sorotan terhadap kemandirian bangsa kita yang semakin melemah sudah semakin mengemuka. Sebuah Negara besar dengan kekayaan alam melimpah ruah, namun sebagian besar alamnya dikelola asing. Menghadapi kondisi tersebut, maka satu-satunya demarkasi atau garis pembatas yang tegas yang dapat kita tegakkan bersama adalah daya saing bangsa dan peningkatan mutu individu-individu muda yang nantinya mewarisi bangsa ini. Dalam upaya mengaktualisasikan demarkasi ini, maka dituntut peran penting dari generasi muda khususnya sebagai pembangun karakter, pemberdaya serta perekayasa karakter.
Terkait dengan itu, sebagaimana yang dikemukakan oleh Character Counts Coalition (a project of the Joseph Institue Of Ethics), ada enam pilar karakter yang dapat menjadi acuan untuk meningkatkan daya saing bangsa dimasa yang akan datang, yaitu pertama Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi berintegritas, jujur dan loyal, yang kedua Fairness (berfikir terbuka), yang ketiga Caring (peduli), yang keempat Respect (menghargai orang lain), yang kelima Citizenship (sadar hukum), dan yang keenam Responsibility (rasa tanggung jawab).
Untuk mencapai suatu daya saing bangsa yang kuat, tentu membutuhkan upaya yang besar dan kerja sama dari segenap komponen, serta bentuk koordinasi gerakan ini haruslah berdasarkan pada empat pilar Negara, yaitu pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. Harus diakui tidak banyak pembicaraan dikalangan publik mengenai keempat pilar itu sepanjang masa reformasi. Jika ada, diskusi tentang empat pilar itu hanya akan pasang surut untuk kemudian seolah lenyap. Akibatnya, sepanjang masa reformasi hampir tidak pernah putus dipenuhi gagasan, wacana, gerakan, dan aksi yang secara diametral bertolak belakang dengan keempat pilar tersebut.
Seperti yang telah dipahami secara umum bahwa pembentukan karakter bangsa merupakan hal yang sangat penting, dan sekali lagi generasi mudalah yang mempunyai tanggung jawab itu. Impian akan bangsa yang memiliki daya saing tinggi dimasa depan, sangat ditentukan oleh keinginan generasi mudanya untuk berbenah dan berbuat.
Dan untuk para pemuda, janganlah berpikiran bahwa GLOBALISASI hanya membawa keburukan dan kemerosotan karakter bangsa, karena pada hakikatnya dengan globalisasi, akan mengajarkan kita agar lebih tangguh dan cerdas dalam meyaring hal-hal baru yang masuk ke bangsa kita, serta memaksa kita untuk terus berinovasi dan bersemangat untuk mengejar ketertinggalan. Terakhir yang ingin kami sampaikan “Generasi muda yang memiliki mental kuat, bersemangat, ulet, pantang menyerah, disiplin dan inovatif adalah kunci ketajaman bangsa dimasa depan. So, usahakan itu ada dalam diri kita.”

C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Adanya Geng  Motor
            Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang di kalangan remaja. Diantaranya pertama, longgarnya penanganan terhadap agama. Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan perintah-perintah Tuhan tidak ditaati lagi. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturannya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam dirinya. Karena pengawasan masayarakat itu datang dari luar, jika orang tidak tahu atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial tersebut. Jadi pada intinya kontrol dalam diri lebih kuat daripada kontrol dari luar.
Kedua, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semestinya atau yang biasanya. Pembinaan moral di rumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk menyembuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda disebabkan karena tidak efektifnya keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembinaan moral. Jadi pada intinya peran keluarga, pendidikan sekolah dan pergaulan masyarakat sangat berperan penting kepada moral anak-anak.

D. Dampak Geng Motor Terhadap Karakter Generasi Muda
            Dampak positif dari geng motor terhadap kalangan pelajar dan generasi muda adalah memperbanyak teman tongkrongan untuk seru-seruan dan dapat berbagi pengalaman khususnya dalam bidang otomotif, sehingga dengan banyaknya teman senantiasa rasa jenuh terhadap banyaknya persoalan internal yang sedang dialami oleh seseorang tersebut bisa hilang. Dan yang paling penting menurut mereka adalah bila terjadi suatu pertikaian dengan remaja lain yang bukan dari geng tersebut maka semua anggota dari geng tersebut wajib membantu temannya yang bertikai dan menjadikan masalah tersebut menjadi masalah bersama, sehingga beban masalah itu tidak dihadapi sendiri melainkan dihadapi secara bersama-sama dengan arti solidaritas dijunjung pada prinsip mereka apapun itu masalahnya.
            Dampak negatif dari geng motor terhadap kalangan pelajar dan generasi muda adalah ulah mereka yang sudah dianggap keterlaluan seperti perusakan kendaraan, baik mobil maupun motor, merusak bangunan, melakukan pengeroyokan dan kekeresan dengan senjata tajam, umumnya dengan menggunakan senjata pedang samurai, obeng dan rantai. Dan juga akan berdampak besar bagi yang telah terlibat ke dalam geng motor misalnya kecelakaan saat ugal-ugalan di jalan raya, dikeroyok oleh warga karena ulahnya sendiri dan bisa juga meninggal karena dibacok oleh geng motor lainnya


BAB III
METODOLOGI
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode:
1.      Studi survei, yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari masalah tersebut dan mencari keterang-keterangan secara faktual.
2.      Studi literatur, yaitu dengan menggali data dan fakta dari berbagai sumber baik dari buku sumber maupu n media informasi internet.
B. Teknik Pengumpulan Data
1.      Observasi, yaitu aktivitas yang dilakukan terhadap suatu permasalahan dengan maksud tertentu dan kemudian memahami pengetahuan dari dari sebuah fenomena itu berdasarkan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
2.      Wawancara, yaitu percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi, dimana seorang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
3.      Angket, yaitu teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner kepada responden yang berisi pertanyaan/pernyataan yang berkaitan dengan pemahaman dan pengamatan dalam pengaruh geng motor terhadap generasi muda.
C. Lokasi Penelitian
·           SMP Negeri 5 Kota Tasikmalaya di jalan R.E Martadinata no.85
Dengan objek penelitian populasi siswa-siswi SMP Negeri 5 Kota Tasikmalaya mengambil sampel 40 orang, 50% siswa-siswi kelas 9 (20 orang), 30% siswa-siswi kelas 8 (12 orang) dan 20% siswa-siswi kelas 7 (8 orang).
·         Kantor Polisi Resort Kota Tasikmalaya, di kecamatan Bungursari
·         Pos Polisi Cipedes, di jln. Mitrabatik



BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian
1. Hasil angket
Berdasarkan hasil angket yang diperoleh dari narasumber dapat diuraikan sebagai berikut:

NO

SOAL
T
KT
TT
F
%
F
%
F
%
1.
Apakah anda tahu di Kota Tasikmalaya terdapat geng motor?
37
92,5%
2
5%
1
2,5%
2.
Apakah anda tahu nama-nama geng motor?
8
20%
26
65%
6
15%
3.
Apakah anda kenal dengan anggota geng motor?
2
5%
10
25%
28
70%
4.
Apakah anda mempunyai teman anggota geng motor?
4
10%
36
90%
-
-
5.
Apakah anda mengetahui aktivitas geng motor?
3
7,5%
13
32,5%
24
60%
6.
Apakah anda mengetahui peristiwa yang melibatkan geng motor?
18
45%
15
37,5%
7
17,5%

Keterangan:     T = Tahu
KT = Kurang tahu
                        TT = Tidak tahu


Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran angket yang dilakukan terhadap 40 orang responden yang disebar ke seluruh siswa-siswi SMPN 5 Kota Tasikmalaya diketahui bahwa 92,5% responden menyatakan mengetahui adanya keberadaan geng motor, yang menyatakan kurang tahu ada 5%, dan yang menyatakan tidak tahu ada 2,5%. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar siswa-siswi SMPN 5 Kota Tasikmalaya mengetahui adanya keberadaan geng motor. Kondisi ini ditunjang dengan kemudahan untuk memperoleh informasi dari media elektronik maupun media cetak.
            Adapun terhadap nama-nama geng motor, responden menyatakan 20% mengetahui, 65% kurang tahu, dan yag menyatakan tidak tahu ada 15%.
            Selanjutnya diketahui bahwa responden sebagian besar tidak kenal dengan anggota geng motor (70%) hanya sebagian kecil saja responden yang kenal dengan anggota geng motor (5%).
            Diantara responden sebagian besar tidak mempunyai teman yang terlibat dalam geng motor (90%) hanya sebagian kecil saja responden yang mempunya teman anggota geng motor (10%).
            Berikutnya berkaitan dengan aktifitas geng motor, sebagian besar responden tidak mengetahui aktifitasnya (60%) sementara yang mengetahui aktifitas geng motor hanya 7,5%.
            Berkaitan dengan peristiwa yang melibatkan geng motor ternyata responden yang mengetahui (45%) yang kurang tahu (37,5%) dan yang tidak mengetahui (17,5%).
            Lalu pada pertanyaan essay, sebagian besar responden menyatakan sangat resah tentang adanya keberadaan geng motor di Tasikmalaya. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa geng motor sudah merajalela dan meresahkan warga sekitar.
            Dan juga upaya penanggulangan aktifitas geng motor yang meresahkan warga, sebagian besar responden menyatakan bahwa melakukan patroli malam adalah salah satu upaya penanggulangan aktifitas geng motor yang meresahkan warga.
            Yang terakhir adalah bagaimana caranya agar pelajar atau generasi muda lainnya tidak terlibat dengan geng motor, sebagian besar responden berpendapat melakukan hal-hal yang positif adalah salah satu cara agar pelajar atau generasi muda lainnya tidak terlibat dalam geng motor. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden telah menyadari akan ruginya ikut serta dalam kelompok geng motor.
2.      Hasil observasi dan wawancara
            Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari lokasi penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
a.        Kantor Polisi Resort Kota Tasikmalaya
Penelitan tersebut menghasilkan dan data yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Bahwa ada 9 kasus yang terjadi di Kota Tasikmalaya dalam satu tahun ini, rata-rata usia pelaku berkisar anatara usia 15 - 20 tahun, korban pembunuhan tindakan kepolisian terhadap para pelaku adalah melakukan proses hukum dan melaksanakan patroli untuk mengantisipasi kejahatan berandalan bermotor. Upaya kepolisian untuk pencegahan geng motor yaitu, melakukan patroli untuk mengantisipasi dan pengarahan kepada anak sekolah agar tidak ikut mejadi anggota geng motor yang anarkis. Dan saran dari kepolisian kepada generasi muda agar tidak terlibat dalam geng motor adalah membiasakan diri kita untuk mengisi waktu luang kita dengan kegiatan positif.

b.      Korban ulah kebrutalan geng motor
Pada suatu  kesempatan kami mewawancarai salah seorang korban dari kebrutalan geng motor, korban tersebut bernama Bapak Asep Rusyadi yang kebetulan beliau menjabat sebagai kepala sekolah SMP Negeri 5 Kota Tasikmalaya. Saat Bapak Asep berada di jalan afifah menuju jalan bkr yang bertujuan untuk menjemput anaknya, tiba-tiba ada segerombolan orang yang cenderung terlibat dalam geng motor. Ketika Bapak Asep hendaknya memakai helm Bapak Asep berhenti terlebih dahulu di pinggir jalan, dan segerombolan geng motor itu menghantam kepalanya hingga mengeluarkan darah. Bapak Asep langsung melaporkan kejadian tersebut ke pihak aparat, namun orang tersebut tidak mengakui dirinya sebagai komplotan geng motor yang sedang berkejar-kejaran. Namun Bapak Asep tidak meminta ganti rugi kepada pelaku, tetapi Bapak Asep menyerahkan pelaku kepada orang tuanya agar diberikan perhatian yang lebih dan memperlukan pembinaan.
 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kasus geng motor adalah salah satu kasus yang menjadi sorotan nasional dalm beberapa pekan terakhir. Ini adalah masalah yang harus ditindak secara adil dan bijaksana, masalah ini disebabkan kembali karena adanya globalisasi berlebihan yang sangat berpengaruh terhadap karakter generasi muda.
            Namun  janganlah berpikiran bahwa globalisasi hanya membawa keburukan dan kemerosotan karakter bangsa, karena pada hakikatnya dengan globalisasi, akan mengajarkan kita agar lebih tangguh dan cerdas dalam meyaring hal-hal baru yang masuk ke bangsa kita.
Pada dasarnya karakter generasi muda dimulai dari kecil, oleh karena itu karakter yang baik harus dipupuk dari kecil agar generasi bangsa selanjutnya yang baik dapat terealisasikan dengan baik. Geng motor adalah permasalahan yang banyak terjadi dikalangan remaja, khususnya di bangsa kita, telah banyak sekali kasus geng motor yang menyebabkan banyak korban, baik korban yang dianiaya hingga dibunuh, hal ini menjadi PR bagi bangsa kita untuk merevisi kehidupan karakter bangsa agar generasi bangsa tidak terjerumus kepada keburukan.
Pada hal yang kurang dewasa ini terjadi pada mereka yang mengikuti geng motor, mereka berpikir bahwa dengan ikut sertanya mereka kedalam komplotan geng tersebut mereka akan terhilangkan dari kejenuhan, masalah dan kerumetan. Dengan masuknya mereka ke kelompok geng motor, hakikatnya mereka hanya menambah masalah hidupnya, mereka selalu berpikir citra positifnya ,diantaranya : menambah anak nongkrong, seru-seruan, dengan menambah teman dapat senantiasa menghilangkan rasa jenuh dan masalah. Dan bila terjadi suatu pertikaian dengan remaja lain yang bukan dari geng tersebut maka semua anggota dari geng tersebut wajib membantu temannya yang bertikai dan menjadikan masalah tersebut menjadi masalah bersama, sehingga beban masalah itu tidak dihadapi sendiri melainkan dihadapi secara bersama-sama dengan arti solidaritas dijunjung pada prinsip mereka apapun itu masalahnya.
 Namun peran yang paling berpengaruh adalah pengawasan dirinya sendiri.
Tetapi dibalik itu semua peran-peran yang dibutuhkan agar dapat mencegah diantaranya : peran pendidikan orangtua, peran pendidikan sekolah,peran pergaulan masyarakat, ketauhidan terhadap tuhan-Nya, membiasakan dengan kegiatan-kegiatan positif, perhatian orangtua dan kasih sayang orang tua.

This entry was posted on Jumat, 11 April 2014. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.